tahukah kamu bahan apa yang kamu gunakan untuk membungkus atau menampung makanan dan yang lainnya? tahukah kamu apakah bahan tersebut aman atau seberapa bahaya, dan besar tidaknya cara pengolahan bahan tersebut pada faktor yang mempengaruhi global warming.
tentu kamu pernah melihat benda ini,atau bahkan sering memakainya. ya itu bahan terbuat dari styropoam.
Proses Pembuatan Styrofoam Mencemari Lingkungan
EPA (Enviromental Protection Agency) mengkategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia.
Styrofoam Tidak Ramah Lingkungan
Styrofoam sulit diurai secara biologi dan sulit didaur ulang. Setidaknya dibutuhkan 1000 tahun lamanya agar bumi bisa mendaur styrofoam di tanah.
Styrofoam mengandung Dioctyl Phtalate (DOP)
Adalag yang menyimpan zat Benzena, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem pencernaan, bila menumpuk dan berbalut lemak, inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker.
Lembaga dunia seperti World Health Organization's International Agency for Research on Cancer mengkategorikan Styrofoam sebagai bahan carsinogen (bahan penyebab kanker).
EPA (Enviromental Protection Agency) mengkategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia.
Styrofoam Tidak Ramah Lingkungan
Styrofoam sulit diurai secara biologi dan sulit didaur ulang. Setidaknya dibutuhkan 1000 tahun lamanya agar bumi bisa mendaur styrofoam di tanah.
Styrofoam mengandung Dioctyl Phtalate (DOP)
Adalag yang menyimpan zat Benzena, suatu larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem pencernaan, bila menumpuk dan berbalut lemak, inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker.
Lembaga dunia seperti World Health Organization's International Agency for Research on Cancer mengkategorikan Styrofoam sebagai bahan carsinogen (bahan penyebab kanker).
Pengurus harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, Ilyani S Andang,
mengajak masyarakat bersama-sama mengurangi penggunaan styrofoam.
Hal ini disampaikan dalam “Seminar Styrofoam Ditinjau dari Segi Kesehatan,
Lingkungan, dan Pemerintahan serta Pemanfaatannya”. Dikatakan saat ini aturan mengenai penggunaan styrofoam sebagai kemasan masih
lemah. Oleh karena itu, konsumen sendirilah yang harus aktif menolak pengemasan
makanan atau minuman dengan styrofoam itu, karena pemakaian terus-menerus dalam
jangka panjang meningkatkan risiko kanker. Selain itu dapat merusak sumsum tulang
dan sistem kekebalan tubuh Ani Rohmaniyati, Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Badan POM), menambahkan bahwa komponen styrofoam yang terlepas
dari kemasan makanan bisa masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang dimakan.
Monomer stiren ini semakin mudah lepas jika styrofoam itu bersentuhan langsung
dengan panas, lemak, atau minyak Sumber: Kompas .com dan gogreenindonesia.blogspot .com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar